Senin, 28 November 2011

KRITIK ARSITEKTUR

KRITIK ARSITEKTUR (IDENTITAS KOTA)

Sketsa By: Adie62drmzz
PENGERTIAN KLASIK dan MODERN KOTA

KLASIK DARI KOTA Sebuah Kota adalah suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individuindividu yang heterogen dari segi sosial( Amos Rapoport )

MODERN dari KOTA Sebuah permukiman dapat dirumuskan sebagai sebuah kota bukan dari segi ciri-ciri morfologis tertentu, atau bahkan kumpulan ciri-cirinya, melainkan dari segi suatu fungsi khusus, yaitu menyusun sebuah wilayah dan menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah pedalaman yang lebih besar berdasarkan hirarki-hirarki tertentu. ( Amos Rapoport )

DESAIN KOTA
Formal : desain secara formal oleh profesional atau arsitek
Informal / Popular / organik : architecture without architect, tidak dihuni oleh kaum elit kota, luasannya lebih besar dari ruang formal kota,
Misalnya : di Jakarta sebelum th - 70-an luas kampung 80 % dari luas ruang kota, sekarang tinggal 60 % - nya.
Paradigma Arsitektur Kota
1. Theosentrisme : Eropa diperintah raja-raja
2. Rasionalisme (Positivisme) : Renaisance
3. Pragmatisme :perletakan dasar mekanisme pasar kota didesain dalam 'single perspective'banyak kekacauan
4. Fenomenologi : 1960-an Eropa; 1990-an : Indonesia ' Sejarah Kota selalu terkait dengan kekuasaan, industri dan sejarah Fenomena fenomenologis

DESAIN KOTA :

Selalu terkait dengan sejarah kaum elit kota
RASIONALISME

Surut bersamaan dengan surutnya renaissance, dimana fungsi kota bukan milik bangsawan saja.
PRAGMATISME :

Kota dibangun berdasar single perspective, oleh aktor-aktor ekonomi, akibatnya orang cenderung terpusat pada satu tempat saja, sehingga menimbulkan kriminalitas.

FENOMENOLOGI
Berusaha melihat kota secara lengkap. Tidak hanya dari segi arsitekturnya saja (wajah formalnya) tapi dari banyak fenomena. nilai-nilai yang perbah (past) dan sedang berlangsung (present), mulai dibangun / digali lagi.
KOTA DAN IDENTITAS

Pada saat-saat ini banyak wisatawan mancanegara lebih suka berkunjung ke kota-kota seperti Las Vegas dan Paris. Hal itu disebabkan oleh karena Identitas sebuah kota yang kuat. Misalnya, Kota Paris yang mempunyai identitas terkait erat dengan sejarah perkembangannya dan wajah kota yang didominasi oleh bangunan-bangunan kuno dari jaman Abad Pertengahan sampai dengan abad-19. Sedangkan untuk sebuah Kota yang disebut sebagai Las Vegas mempunyai identitas dengan bangunan-bangunan dengan berbagai bentuk yang fanciful dan lampu neon warna-warni yang gemerlap di malam hari.



Bagian kota inti Paris (foto: www.msnbc.msn.com)
Las Vegas (foto: www.FriedmanArchives.com)
Para pengelola Kota Paris sendiri sangatlah cerdik. Karena mampu mempertahankan keberadaan bangunan-bangunan yang dimiliki sebagai daftar bangunan yang dilindungi. Paris membagi kota inti ke dalam bagian-bagian yang ditetapkan sebagai “kawasan yang dilindungi” (protected areas). Masing-masing protected area memiliki derajad perlindungan yang berbeda (dinyatakan dalam kelas I, II, III, dst.) berdasarkan signifikansi kesejarahan serta signifikansi kandungan arsitektural kawasan.




Foto By: Adie62rmzz (Wajah Jalan Di Jalan Utama)


Wajah jalan di Los Angeles (foto: Kingfisher)
Wajah Jalan di Mustafa Street Singapore (fto By : Adie62drmzz)
Butuh waktu satu dekade untuk mengadopsi rupa dan wajah perkotaan Eropa untuk Asia khususnya Indonesia. Langgam Neo Gotik yang digunakan oleh bangunan-bangunan Gereja Katedral di kota-kota besar di Jawa (dibangun sekitar tahun 1920-an) adalah tiruan langgam serupa yang telah muncul di kota-kota Eropa seperempat abad sebelumnya. Sama halnya dengan arsitek P.A.J. Moojen menerapkan konsep “Garden City” yang digagas oleh Ebenezer Howard satu dekade sebelumnya pada rancangan hunian Menteng pada tahun 1910.

Atas lamanya waktu yang diperlukan untuk menyerap dan kemudian meniru trend-trend di Eropa ke Asia di pengaruhi oleh transportasi yang digunakan, yaitu kapal laut. Namun  pada tahun 1950-an yang mulai menggunakan pesawat terbang, sehingga proses penyerapan tersebut sudah lebih cepat. Gerakan Arsitektur Modern yang membawa pembaruan segera menyebar ke seluruh dunia. Lahirlah apa yang disebut “International Style”. Bangunan-bangunan menara berbentuk kotak sederhana yang dipopulerkan oleh Mies van der Rohe di New York segera ditiru oleh kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk oleh jajaran bangunan di Jalan M.H. Thamrin Jakarta.

Tidak hanya itu saja, perekonomian juga menjadi pengaruh dalam menimbulkan idenitas sebuah kota. Seperti yang ada pada Indonesia, pada pusat perekonomian di Jakarta, Gedung-Gedung yang berdiri menganut aliran langgam Internasional Style yang mana terdiri dari bangunan-bangunan yang modern dan tersusun.

Pusat Kota Yang Tertata Rapih (Foto By: adie62drmzz)

Tapi sayangnya perkembangan kota yang ada tidak diimbangi dengan pengawasan yang ketat. Sehingga perkembangan kota tidak  merata. Malah cenderung terjadi pola yang Random atau mengacak. Adapula dari tidak ditaatinya peraturan untuk Perundangan Peruntukan Lahan, menjadi adanya kesenjangan sosial, seperti terlihat pada foto di bawah ini.

Foto Udara Pola Penataan Kota di Indonesia (Foto By: adie62drmzz)
Suasana Khas Dari Pola Penataan Kota Di Indonesia Sebagai Identitas (Foto By: Adie62drmzz)


Berbeda dengan suasana sebuah kota di Singapura. Yang memiliki Identitas sebuah kota yang sudah terpola dan tersusun.

Suasana Sebuah Kota Di Singapura Di Orchard Road

Jadi, kesimpulan menurut beberapa foto di atas dapat disimpulkan, bahwa karena dari sebuah kebiasaan yang baik dan kebiasaan buruk dalam menata sebuah Kota akan menimbulkan adanya Identitas sebuah Kota yang baik atau Identitas sebuah Kota yang buruk.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar